Netanyahu Marah soal Umat Yahudi Ludahi Peziarah Kristen di Yerusalem

Netanyahu Marah soal Umat Yahudi Ludahi Peziarah Kristen di Yerusalem

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah “tidak ada toleransi” bagi pelaku penyerangan terhadap orang-orang beriman.
Kecaman itu disampaikan Netanyahu menanggapi sebuah video viral menunjukkan orang-orang Yahudi meludahi peziarah Kristen di Kota Tua, Yerusalem, baru-baru ini.

“Saya mengecam keras segala upaya untuk menyakiti jemaat, dan kami akan mengambil langkah-langkah mendesak terhadap tindakan tersebut,” kata Netanyahu pada Selasa (3/10).

“Perilaku ofensif terhadap jemaat adalah sebuah penistaan dan tidak dapat diterima. Kami tidak akan menoleransi apa pun yang merugikan jemaat,” ujar PM yang pemerintahannya merupakan ultra-Ortodoks sayap kanan.

Meski begitu, pernyataan Netanyahu itu tidak menyebut secara spesifik serangan tertentu.

Namun, pernyataannya ini muncul sehari setelah sebuah video di media sosial menunjukkan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks meludah ke tanah ketika para peziarah membawa salib di sepanjang Via Dolorosa di Yerusalem – rute yang diyakini umat Kristen sebagai jalan yang dilalui Yesus sebelum disalib.

AFP tidak dapat segera memverifikasi video tersebut, yang muncul setelah publikasi rekaman serupa yang menunjukkan orang-orang Yahudi menghina atau bertindak agresif terhadap umat Kristen di Kota Tua.

Israel mencaplok Yerusalem timur, termasuk Kota Tua, setelah memenangkan peperangan pada 1967 lalu. Meski begitu, aneksasi Yerusalem oleh Israel tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Sementara itu, Kota Tua masih menjadi jantung konflik Israel-Palestina serta ketegangan antara tiga agama monoteistik besar di dunia.

Bulan lalu, Patriark Latin Yerusalem, Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, mengatakan bahwa meskipun serangan terhadap umat Kristen di Kota Tua “bukanlah fenomena baru”, serangan tersebut lebih sering terjadi “dalam beberapa waktu terakhir”.

Pizzaballa, yang dilantik oleh Paus Fransiskus sebagai kardinal pada hari Sabtu lalu, mengatakan ada banyak alasan peningkatan tersebut, termasuk pendidikan.

“Ada beberapa gerakan, beberapa rabbi juga, yang menghasut hal ini, atau setidaknya menyetujui hal ini,” cetusnya.

“Kita tidak boleh melupakan hubungan masa lalu antara Yahudi dan Kristen yang tidak sederhana, bersifat diplomatis, dan semua ini menciptakan konteks ini,” tambahnya.

Uskup Agung itu juga mengatakan frekuensi “fenomena ini… ada hubungannya, setidaknya untuk sementara, dengan pemerintahan (israel) ini”.

CATEGORIES
TAGS
Share This